Lelaki berjuluk profesor itu bertanya pada mahasiswa nya, “Apakah
semua yang ada adalah ciptaan Tuhan?” Seorang mahasiswa yang duduk
paling belakang spontan menjawab, “Ya, Profesor, Tuhan memang
menciptakan semuanya. Saya rasa kita semua tidak meragukan hal itu.” “
Itu benar,. Keterangan tentang itu banyak terdapat di kitab-kitab suci,”
sahut mahasiswa lainnya.
Sang Profesor hanya mengangguk. Sesaat
beliau tampak setuju dengan jawaban mahasiswanya. Namun tiba-tiba
beliau bertanya lagi, “ Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan
juga menciptakan Kejahatan. Sebab kejahatan itu bukan sekedar
khayalan, tapi benar-benar real. Kalian bisa melihatnya disurat-surat
kabar kriminal. Nah, jika kejahatan itu ada dan setiap yang ada pasti
ada penciptanya, maka Tuhan lah yang menciptakan kejahatan. Kalian yang
bilang sendiri tadi bahwa Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan
juga menciptakan kejahatan.”
Kedua mahasiswa yang tadi menjawab
kali ini cuma bengong. Beberapa mahasiswa lain juga kelihatan
tercengang. Melihat mahasiswanya “kalah”, profesor itu kemudian
tersenyum. Kedua matanya berbinar senang. “Nah, kini jelaslah bahwa
agama hanyalah mitos. Bahkan mungkin Tuhan sendiri hanya ada dalam
bayangan kalian, bukan diatas langit sana.”
Seorang mahasiswa
tiba-tiba mengacungkan tangan dan berkata, “Profesosr , boleh saya
bertanya sesuatu?” “Tentu saja”, jawab si Profesor dengan senang.
Mahasiswa itu kemudian berdiri, “Profesor, apakah dingin itu ada?”,
ujarnya. “Pertanyaan macam apa itu?tentu saja dingin itu ada. Apa
selama ini kamu tinggal di gurun pasir?” sahut Profesor yang kemudian
diiringi tawa mahasiswa lainnya. “Kenyataannya, Pak,” jawab mahasiswa
tersebut, “dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap
dingin adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama
sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bereaksi pada suhu
tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan
panas.”
Suara tawa mendadak hilang. Kelas hening. Sesaat kemudian
mahasiswa itu kembali berkata, “Profesor, apakah gelap itu ada?”
Profesor itu menjawab, “Tentu saja gelap itu ada.” Mahasiswa itu
menjawab, “Sekali lagi anda salah. Gelap itu juga tidak ada. Gelap
adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari,
gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan
cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang
gelombang setiap warna. Tapi anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa
gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya ruangan
tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan
cahaya.”
Kelas makin hening. Sang Profesor diam-diam meringis.
Tiba-tiba mahasiswa itu bertanya lagi, “Profesor, apakah kejahatan itu
ada?” Dengan bimbang, profesor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang
telah ku katakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV.
Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia.
Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.” Namun
mahasiswa itu lagi-lagi membantahnya, “Sekali lagi Anda salah, Pak.
Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia
untuk mendeskripsikan ketiadaan kasih sayang Tuhan. Tuhan tidak
menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih
Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas
dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.” Profesor itu terdiam.
Mahasiswa itu kembali duduk. Untuk sesaat ruang kuliah dipenuhi
keheningan hingga suara profesor memecahnya.
“Siapa nama mu, Nak?”
“Albert, Sir. Albert Einstein……”
http://inspirasipagi.wordpress.com/category/motivasi/page/2/
Selengkapnya...
"Lebih baik diasingkan dari pada menyerah terhadap kemunafikan"(Gie). Bedanya dia memperjuangkan untuk "kemanusiaan", sedangkan aku untuk "Islam" sebagai rahmat bagi sekalian alam.
HEAD
Selasa, 13 Maret 2012
Pada Suatu Kuliah
Langganan:
Postingan (Atom)